Hamas Guncang Dunia: Yahya Sinwar Diangkat Gantikan Haniyeh, Apa Dampaknya?
Seminggu setelah kematian Ismail Haniyeh, Hamas akhirnya menunjuk Yahya Sinwar sebagai ketua biro politik yang baru. Keputusan ini diumumkan pada Selasa (6/8) setelah diskusi mendalam antara para pemimpin mereka.
“Hamas resmi mengangkat Yahya Sinwar sebagai kepala kantor politik gerakan ini untuk menggantikan Ismail Haniyeh,” kata mereka, seperti dilaporkan Al Mayadeen.
Khalil al-Hayya, Wakil Kepala Biro Politik Hamas, mengatakan bahwa meski Haniyeh sudah meninggal, tidak akan ada kekosongan atau penundaan dalam kebijakan Hamas.
Khalil memuji Haniyeh atas kepemimpinannya dan menganggap kematiannya sebagai motivasi tambahan dalam perlawanan Palestina.
Yahya Sinwar sendiri berasal dari Askalan, sebuah kota pesisir yang dulunya berfokus pada perikanan sebelum digusur oleh milisi Israel. Ia lahir di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza dari keluarga yang mengungsi selama Nakba 1948 dan aktif dalam politik sejak muda.
Saat kuliah di Universitas Islam Gaza, Sinwar memimpin Blok Islam dan meraih gelar Sarjana Studi Bahasa Arab. Ia ditangkap pertama kali pada usia 19 tahun karena terlibat dalam aktivitas anti-Zionis. Pengalaman di penjara membuatnya semakin berkomitmen pada perjuangan Palestina.
Ditangkap lagi pada tahun 1985, ia bertemu Sheikh Ahmad Yassin, pendiri Hamas, yang memengaruhi karirnya. Setelah dibebaskan, Sinwar fokus pada pengorganisasian politik dan pendirian Al-Majd, sebuah kelompok bersenjata yang kelak menjadi bagian dari Hamas.
Al-Majd berusaha mengatasi pengkhianat di Gaza, dengan Sinwar memimpin operasi melawan kolaborator dan mata-mata lokal. Pada tahun 1988, Sinwar dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Ia dibebaskan pada 2011 dalam pertukaran tahanan antara Palestina dan Israel, dan kini mengawasi puluhan tentara serta pemukim Israel yang ditawan di Gaza. Sinwar juga memimpin Great March of Return pada 2018 dan Operasi Badai Al-Aqsa pada 2021, yang melibatkan serangan ke Israel Selatan