Intelijen AS Peringatkan Donald Trump Soal Rencana Pembunuhan dari Iran

Intelijen AS Peringatkan Donald Trump Soal Rencana Pembunuhan dari Iran

Donald Trump telah diinformasikan oleh intelijen AS tentang ancaman dari Iran untuk membunuhnya. Tim kampanye Trump menyatakan bahwa kandidat presiden dari Partai Republik tersebut diberi informasi “mengenai ancaman nyata dan spesifik dari Iran untuk membunuhnya dalam upaya untuk menciptakan kekacauan di Amerika Serikat”. Mereka tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai klaim tersebut, dan belum jelas apakah ancaman yang dimaksud baru atau sudah dilaporkan sebelumnya. Pemerintah Iran belum memberikan tanggapan resmi terkait permintaan komentar tersebut, namun sebelumnya Teheran telah menyangkal klaim AS tentang campur tangan dalam urusan Amerika.

Trump memposting di media sosial, sebelumnya Twitter, bahwa ia menghadapi “ancaman besar terhadap nyawanya oleh Iran.” Menurutnya, Iran telah melakukan upaya yang gagal sebelumnya, namun mereka akan mencoba lagi. Trump menyebut serangan terhadapnya sebagai “keinginan mati dari penyerang,” dan mengucapkan terima kasih kepada Kongres atas persetujuan tambahan anggaran untuk Secret Service.

Direktur komunikasi kampanye Trump, Steven Cheung, menyatakan bahwa “Pejabat intelijen telah mengidentifikasi bahwa serangan yang terus-menerus dan terkoordinasi ini meningkat dalam beberapa bulan terakhir.” Ia juga menambahkan bahwa “Pejabat penegak hukum di semua lembaga sedang bekerja untuk memastikan keamanan Presiden Trump dan kelancaran pemilihan umum tanpa campur tangan.”

Belum lama ini, seorang agen Secret Service melihat senapan muncul melalui pagar di Trump International Golf Club di West Palm Beach pada tanggal 15 September. Agen tersebut menembak saat Trump sedang bermain golf. Jaksa AS telah menuduh Ryan Wesley Routh dengan percobaan pembunuhan terhadap seorang calon presiden. Tidak ada indikasi keterlibatan Iran dalam kedua kasus tersebut.

Bulan lalu, tim kampanye Trump mengungkapkan bahwa beberapa komunikasi internal mereka telah diretas dan disusupi oleh pihak Iran. Pada tahun 2022, seorang anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran didakwa oleh AS atas rencana pembunuhan terhadap mantan Penasihat Keamanan Nasional Trump, John Bolton. Shahram Poursafi diduga mencoba membayar individu di AS sejumlah USD300.000 untuk melaksanakan pembunuhan sebagai balas dendam atas serangan AS yang menewaskan komandan militer Iran, Qasem Soleimani.

Kisah-kisah ini menunjukkan ketegangan antara AS dan Iran yang terus berlanjut, dengan upaya pembunuhan yang dilaporkan terhadap Trump dan pejabat AS lainnya. Ancaman ini menunjukkan betapa seriusnya situasi tersebut, dan perlunya langkah-langkah keamanan yang lebih ketat untuk melindungi para pejabat terkait. Semoga masalah ini dapat diselesaikan dengan damai dan tanpa kekerasan lebih lanjut.