Kewaspadaan Jerman Terhadap Ancaman Teror Selama Piala Eropa 2024

Kewaspadaan Jerman Terhadap Ancaman Teror Selama Piala Eropa 2024

Kemunculan tindakan terorisme di Eropa sejak insiden kekerasan oleh Islamic State di sebuah mal di Moskow, Rusia, pada akhir Maret yang lalu juga menarik perhatian pihak keamanan menjelang Piala Eropa 2024 yang akan diadakan di Jerman.

Menurut Hans-Jakob Schindler dari Counter Extremism Project, sebuah lembaga penelitian terorisme di Berlin, penyelenggaraan turnamen sepak bola terbesar di Eropa dengan 51 pertandingan yang dilaksanakan di 10 kota dan dikunjungi oleh jutaan pengunjung dan wisatawan, menghadirkan risiko keamanan yang hampir tidak dapat diukur.

Rasa khawatir mulai muncul setelah ISIS mengeluarkan materi propaganda setelah serangan di Moskow, yang menandakan bahwa Piala Eropa 2024 juga berpotensi menjadi target yang layak. Namun, Schindler tidak percaya bahwa pengumuman publik akan menjadi tanda awal dari serangan terkoordinasi.

“Katanya, Anda tidak mempromosikan serangan yang sulit.” Tujuan pengiriman propaganda semacam ini adalah untuk menakut-nakuti negara-negara yang terlibat, sehingga mempengaruhi individu-individu untuk melakukan serangan.

Propaganda ISIS masih menjadi ancaman setelah insiden Jumat (31/5) yang lalu, seorang polisi meninggal setelah ditikam oleh seorang pria yang berasal dari Afganistan setelah menyerang seorang politisi dengan pandangan ekstrem kanan di kota Mannheim. Terlihat sangat mungkin bahwa tindakan tersebut memiliki motivasi agama. Pada tahun 2016 lalu, seorang pengikut ISIS mencuri sebuah truk dan menabrak sejumlah besar pengunjung sebuah pasar Natal di pusat kota Berlin. Kecelakaan itu menyebabkan kematian 13 orang.

Schindler berpendapat bahwa kegiatan individu merupakan tantangan keamanan terbesar bagi negara Jerman pada saat ini. Dia mengungkapkan kekesulitan dalam mengenali orang yang tidak ada dalam radar, yang menjadi ekstremis di lingkungan sosial atau agama, dan kemudian memilih untuk menggunakan pisau, pergi ke tempat ramai, dan menyerang para pengunjung.

Selama pertandingan, berbagai lapisan keamanan akan menjaga stadion-stadion di Jerman. Hanya orang yang memiliki tiket atau akreditasi resmi yang diizinkan masuk ke area tersebut setelah melewati pemeriksaan ketat terhadap tubuh dan barang bawaan. Tidak hanya untuk mencegah serangan teror, aparatus juga bertugas untuk menghentikan keributan antara penggemar.

Penting untuk diakui bahwa keamanan di sekitar zona penggemar lebih rumit karena harus mengawasi sejumlah besar pengunjung di area terbuka. Pemerintah Jerman memproyeksikan bahwa fan zones akan dihadiri oleh sekitar 12 juta orang, jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan 2,7 juta orang yang akan hadir di stadion. Menghadapi ketiadaan sistem tiket, menjadi sukar untuk melaksanakan seleksi terhadap orang yang boleh masuk ke zona penggemar.

Menurut Schindler, fan zones dengan jelas adalah target sasaran lunak serangan teror yang sudah lama ada. Salah satu hal yang tidak bisa diabaikan dalam konsep keamanan adalah kebutuhan untuk memperhatikan zona penggemar. “Tingkat keamanan yang diberikan kepada zona ini harus setara dengan tingkat keamanan yang diberikan kepada pertandingan di stadion,” tambahnya.

Rencana keamanan nasional sudah dirancang sejak awal untuk Piala Eropa. Selama kompetisi, Jerman akan melakukan pengawasan perbatasan terhadap para pengunjung dari negara-negara Schengen lainnya.

Dalam upaya untuk meningkatkan keamanan, polisi telah berkoordinasi dengan pihak berwenang di seluruh Eropa untuk mendapatkan informasi yang relevan. Selain itu, sebanyak 300 petugas dari negara-negara lain telah direkrut untuk membantu polisi setempat.

“Prioritas utama adalah menjamin keamanan Piala Eropa.” “Semua lembaga keamanan siap dengan standar profesional yang paling tinggi,” ujar Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser. Di setiap tempat, dan di mana pun terdapat kerumunan orang, penjagaan polisi akan tersedia dengan kekuatan yang tinggi.

Kehadiran para penggemar dan tim nasional Ukraina juga diprediksi oleh Kepolisian Jerman. Ada kekhawatiran bahwa jika Rusia melakukan invasi, maka kemungkinan akan terjadi serangan siber terhadap penyelenggaraan Piala Eropa atau bahkan pertempuran fisik.

Kami berupaya melakukan segala upaya yang kami miliki dalam mencegah serangan teroris dan perkara lainnya. Kami sudah melaksanakan banyak upaya untuk menjaga keamanan. “Mari menjadi bagian dari acara ini dengan mengundang semua orang menjadi tamu kami,” kata mereka.