Putin Minta Dikawal Jet Tempur saat Kunjungi Negara NATO, Khawatir Ditembak Jatuh oleh Ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan meminta pengawalan jet tempur Moskow untuk kunjungan ke Turki yang telah dijadwalkan. Permintaan ini menjadi sorotan karena kompleksitasnya, yang diduga menjadi penyebab penundaan kunjungan ke negara NATO tersebut. Menurut laporan dari Middle East Eye (MEE), sumber yang tidak disebutkan namanya menginformasikan bahwa Presiden Putin berencana terbang ke Turki dengan pengawalan jet tempur Rusia, mungkin karena khawatir pesawat yang membawanya akan diserang oleh pasukan Ukraina.
Permintaan ini dianggap sebagai masalah yang rumit, karena kedatangan jet tempur Rusia ke wilayah udara Turki dapat memicu respons sistem pertahanan udara NATO. Sejauh ini, Turki kemungkinan tidak akan menutup sistem pertahanan NATO untuk mengakomodasi permintaan Rusia. Namun, permintaan tersebut telah menjadi alasan utama penundaan rencana kunjungan Putin ke Ankara selama dekade terakhir.
Presiden Rusia dijadwalkan tiba pada minggu pertama bulan Oktober, menurut pejabat Rusia dan Turki. Namun, kemungkinan akan ada komplikasi lebih lanjut dalam jadwal karena permintaan khusus dari Moskow tersebut. Mantan duta besar Turki menyatakan bahwa permintaan Rusia tersebut sangat tidak biasa, dan belum ada protokol khusus yang mengatur hal tersebut.
Selain permintaan pengawalan jet tempur, pejabat Rusia juga mengeluh tentang tiga hotel besar di Ankara yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Moskow merasa bahwa jaringan hotel AS tidak aman bagi kepala negara Rusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Ankara dapat menyediakan akomodasi yang aman untuk Putin, sebuah protokol yang sangat tidak biasa.
Karena Turki adalah anggota NATO, pejabat Rusia khawatir akan kemungkinan upaya pembunuhan terhadap Putin atau rombongannya. Meskipun kekhawatiran tentang jaringan hotel mungkin valid, Putin tidak perlu menginap di hotel jika kunjungannya hanya berlangsung sehari. Contohnya, Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, melakukan kunjungan singkat ke Ankara minggu lalu tanpa menginap semalam.
Meskipun hubungan antara Turki dan Rusia didasarkan pada kerjasama strategis dalam berbagai bidang seperti energi, perdagangan, dan pariwisata, hubungan keduanya sering mengalami pasang surut. Putin pernah mengkritik Ankara karena mendukung Ukraina dengan persenjataan. Selain itu, Moskow merasa tidak nyaman dengan kebijakan perbankan Turki yang menghentikan sebagian besar transaksi dengan Rusia setelah sanksi AS diberlakukan.
Namun, beberapa pejabat tinggi Rusia telah menyatakan keinginan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir kedua di Turki, setelah yang pertama dibangun di Akkuyu. Kedua negara juga sedang merundingkan pembangunan pusat gas di wilayah barat Turki.
Dengan segala kompleksitas dan tantangan yang dihadapi, diharapkan kunjungan Presiden Putin ke Turki dapat berjalan lancar dan memperkuat hubungan antara kedua negara. Meskipun ada perbedaan pendapat dan masalah yang harus diselesaikan, penting untuk menjaga dialog terbuka dan kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.