Rusia Berlakukan Keadaan Darurat: 76.000 Orang Dievakuasi dari Kursk

Rusia Berlakukan Keadaan Darurat: 76.000 Orang Dievakuasi dari Kursk

Rusia mengumumkan evakuasi sebanyak 76.000 orang dari daerah perbatasan di wilayah Kursk akibat serangan lintas batas yang jarang dilakukan oleh Ukraina. Pemerintah setempat telah mendeklarasikan keadaan darurat sebagai respons terhadap situasi tersebut. Penjabat gubernur daerah, Aleksei Smirnov, juga melaporkan bahwa 15 orang terluka pada Sabtu (10/8/2024) malam akibat puing-puing rudal Ukraina yang menimpa gedung bertingkat di ibu kota daerah Kursk, Kursk.

Pasukan Ukraina dilaporkan telah maju hingga 30 km ke dalam wilayah Rusia, menjadikan ini sebagai serangan terdalam dan paling signifikan sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan adanya pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina di dekat desa Tolpino dan Obshchy Kolodez, saat serangan di wilayah Kursk memasuki hari keenam.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menuduh Kyiv melakukan intimidasi terhadap penduduk Rusia yang cinta damai. Sementara itu, anggota parlemen Ukraina, Oleksiy Goncharenko, memuji operasi tersebut dan menyatakan bahwa operasi tersebut membawa kedua belah pihak lebih dekat ke perdamaian daripada ratusan pertemuan puncak perdamaian.

“Ketika Rusia merasakan perlawanan di wilayah mereka sendiri, ketika rakyat Rusia melarikan diri, ketika rakyat peduli, itulah satu-satunya cara untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka harus mengakhiri perang ini,” kata Goncharenko kepada BBC.

Serangan di Kursk terjadi setelah Rusia maju di wilayah timur selama berminggu-minggu, dengan beberapa desa direbut oleh pasukan Kremlin. Beberapa analis berpendapat bahwa serangan di Kursk merupakan bagian dari upaya untuk memaksa Rusia menarik pasukan dari Ukraina timur dan mengurangi tekanan pada pertahanan Ukraina yang terkepung.

Meskipun demikian, pejabat Ukraina menyatakan kepada AFP bahwa operasi Rusia di wilayah timur tidak mengalami penurunan signifikan. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut serangan tersebut sebagai provokasi besar. Moskow telah memberikan respons terhadap serangan Ukraina, dengan layanan darurat di Kyiv melaporkan bahwa seorang pria dan putranya yang berusia empat tahun tewas dalam serangan rudal di ibu kota.

Pertahanan udara Ukraina berhasil menghancurkan 53 dari 57 pesawat nirawak serang yang diluncurkan oleh Rusia selama serangan udara tersebut. Empat rudal buatan Korea Utara juga diluncurkan sebagai bagian dari serangan tersebut. Rusia terpaksa mencari dukungan amunisi dari negara Asia yang terisolasi tersebut, sementara Amerika Serikat menuduh bahwa sejumlah besar perangkat keras militer telah dikirim oleh Pyongyang.

Situasi ini menunjukkan eskalasi konflik yang semakin memburuk antara Rusia dan Ukraina, dengan kedua belah pihak saling melakukan serangan dan respons. Masyarakat internasional diharapkan dapat turut berperan dalam memediasi konflik ini dan mencari solusi damai untuk mengakhiri pertumpahan darah yang terjadi di wilayah tersebut.