Ukraina Mengajukan Diri untuk Gantikan Hongaria di NATO
Ukraina telah mengajukan diri untuk menggantikan Hongaria di NATO dan Uni Eropa. Hal ini terjadi karena perseteruan antara Kyiv dan Budapest semakin memanas, dengan Hongaria dianggap mendukung Rusia dalam konflik dengan Ukraina. Salah satu pemicu perselisihan adalah berakhirnya kesepakatan transit gas Rusia-Ukraina pada awal tahun baru.
Tawaran Ukraina tersebut disampaikan melalui Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada 7 Januari lalu. Pernyataan tersebut menuduh Hongaria sebagai negara asing di Eropa, bahkan menyarankan agar mereka bergabung dengan blok yang dipimpin oleh Rusia. Ukraina berpendapat bahwa menggantikan Hongaria di Uni Eropa dan NATO dapat mengurangi pengaruh pro-Kremlin di aliansi tersebut.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut pernyataan terbaru dari pimpinan Hongaria sebagai bagian dari kampanye informasi bermotif politik. Mereka menegaskan bahwa keputusan Ukraina untuk tidak memperpanjang perjanjian transit gas dengan Rusia tidak akan berdampak buruk pada keamanan energi Uni Eropa atau harga konsumen di pasar Eropa.
Dalam konteks ini, Ukraina menyoroti bahwa hanya dua dari 27 negara Uni Eropa yang berusaha mengamankan pasokan energi dari sumber alternatif di Amerika Serikat dan Timur Tengah. Mereka juga menyalahkan Hongaria dan negara lain yang masih bergantung pada Rusia atas kesulitan dalam mengakses pasar energi Eropa untuk sumber daya dari mitra lain.
Menteri Luar Negeri Ukraina menegaskan bahwa jika Hongaria lebih memilih untuk memperkuat hubungan dengan Rusia daripada dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, maka mereka harus secara terbuka mengakui hal tersebut. Ukraina siap mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Hongaria di Uni Eropa dan NATO jika mereka memilih untuk bergabung dengan CIS atau CSTO.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Hongaria Péter Szijjártó mengkritik RUU Parlemen Ukraina yang mengusulkan penutupan rute transportasi gas alam dan minyak bumi dari Rusia selama keadaan perang. Szijjártó berpendapat bahwa setiap negara anggota Uni Eropa harus memberikan suara bulat tentang perekrutan anggota baru, dan bahwa hak kedaulatan setiap negara untuk memilih sumber energinya harus dihormati.
Perseteruan antara Ukraina dan Hongaria sebagian besar dipicu oleh hubungan dekat antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Viktor Orbán. Budapest telah meningkatkan impor gas dari Rusia sejak perang dimulai hampir empat tahun lalu, serta menentang sanksi Eropa terhadap Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah memperjuangkan keanggotaan Kyiv di NATO sebagai bagian dari “rencana kemenangan” yang diperkenalkan pada musim gugur 2024. Namun, banyak negara, termasuk Hongaria, menentang langkah tersebut. Ukraina juga telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa sejak perang dimulai pada Februari 2022, dan negosiasi aksesi dengan Kyiv telah dimulai pada 2023.
Dengan demikian, perseteruan antara Ukraina dan Hongaria masih berlanjut dalam konteks geopolitik yang kompleks di Eropa Timur. Ukraina terus berusaha untuk memperkuat hubungan dengan Barat, sementara Hongaria cenderung menjalin kerjasama dengan Rusia. Perdebatan mengenai keanggotaan Ukraina di NATO dan Uni Eropa tetap menjadi isu sensitif yang perlu diselesaikan melalui dialog dan diplomasi.