Zelensky Ungkap NATO Belum Siap Tembak Jatuh Rudal Rusia

Zelensky Ungkap NATO Belum Siap Tembak Jatuh Rudal Rusia

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya menunda pengiriman senjata ke Kyiv dan belum bersedia untuk bertindak sebagai pertahanan udara bagi Ukraina. Pada hari Kamis, Zelensky bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, yang segera mengunjungi Kyiv hanya dua hari setelah menjabat sebagai pemimpin tertinggi blok militer yang dipimpin AS.

“Kami terus meyakinkan mitra kami tentang pentingnya menembak jatuh rudal dan pesawat nirawak Rusia,” kata Zelensky kepada para wartawan. “Namun, mereka tampaknya belum siap untuk itu,” tambahnya.

Kyiv telah berupaya agar negara-negara NATO memperluas jangkauan pertahanan udara mereka ke wilayah Ukraina selama berbulan-bulan. Mereka berargumen bahwa sistem rudal yang diberikan oleh Barat tidak cukup untuk melawan serangan Rusia. Ukraina telah menandatangani pakta keamanan dengan Polandia untuk melawan ancaman rudal Rusia, tetapi Warsawa menarik kembali tawaran tersebut dengan alasan perlunya berkonsultasi dengan NATO.

Dalam konferensi pers bersama Rutte, Zelensky menekankan bahwa Ukraina membutuhkan senjata dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk membalikkan keadaan di medan perang. “Kami membutuhkan senjata jarak jauh yang masih tertunda oleh mitra kami,” ujarnya seperti dilansir dari Russia Today.

Rutte menyatakan bahwa ia memilih Kyiv sebagai tujuan kunjungan pertamanya untuk menegaskan dukungan NATO terhadap Ukraina. “NATO mendukung Ukraina,” tegasnya. Rutte juga menegaskan bahwa prioritas dan hak istimewa NATO adalah mendukung Ukraina dan bekerja untuk memastikan kemenangan Ukraina. “Suatu hari nanti, Ukraina akan menjadi anggota penuh NATO,” tambahnya. “Rusia tidak memiliki hak suara atau hak veto dalam hal ini.”

Rutte enggan memberikan pandangan mengenai pertahanan udara dan pembatasan penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan tersebut merupakan hak otonomi masing-masing anggota NATO. “Menembak jatuh pesawat tanpa awak atau rudal yang melanggar wilayah Sekutu adalah keputusan nasional,” jelas Rutte.

Terkait dengan pembatasan penggunaan senjata yang dikirim ke Ukraina, Rutte menegaskan bahwa keputusan tersebut terserah pada masing-masing sekutu untuk memutuskannya. “Keputusan tersebut bukanlah hak NATO, namun masing-masing anggota blok,” tegasnya. Meskipun demikian, NATO berencana untuk membahas masalah tersebut dalam pertemuan mereka pada 12 Oktober mendatang.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bulan lalu bahwa masalahnya bukan tentang mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata tertentu, melainkan tentang keterlibatan langsung militer Barat dalam konflik tersebut. Putin menyatakan bahwa hal tersebut akan mengubah sifat konflik di Ukraina dan memaksa Rusia untuk mengambil langkah-langkah yang tepat.

Dengan demikian, situasi di Ukraina terus menjadi sorotan internasional dan akan terus menjadi perdebatan antara Ukraina, NATO, dan Rusia dalam upaya mencari solusi damai untuk konflik yang terus berlanjut.