Jerman Tiba-tiba Mengancam China

Jerman Tiba-tiba Mengancam China

Pemerintah Jerman tiba-tiba mengancam China dengan sanksi selama pertemuan blok Uni Eropa di Brussels. Ancaman ini ternyata dipicu oleh laporan intelijen yang menyebutkan bahwa Beijing memberikan dukungan militer kepada Moskow di tengah perang Rusia-Ukraina.

Menjelang pertemuan blok Uni Eropa pada hari Senin, seorang pejabat senior Uni Eropa mengindikasikan bahwa laporan dari sumber intelijen menunjukkan adanya pabrik di China yang memproduksi pesawat nirawak yang dikirim ke Rusia. Sumber yang tidak disebutkan namanya itu menggambarkan tuduhan tersebut meyakinkan dan kredibel tetapi mengakui tidak ada bukti yang jelas tentang kerja sama militer langsung antara China dan Rusia.

Ancaman Jerman disampaikan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock. Dia mengatakan blok Uni Eropa akan mengambil tindakan jika kerja sama China dan Rusia terkonfirmasi. “Kami memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Iran dan juga memperjelas hal ini terkait bantuan pesawat nirawak China, karena hal ini juga harus dan akan memiliki konsekuensi,” kata Baerbock, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani juga mempertimbangkan masalah tersebut, memperingatkan Beijing agar tidak membuat “kesalahan besar” dan menekankan pentingnya mengirim pesan ke China untuk mencegah eskalasi.

China telah menolak tuduhan tersebut sebagai “spekulasi dan fitnah yang tidak berdasar”, bersikeras bahwa mereka menangani ekspor produk militer dengan bijaksana dan bertanggung jawab. “Kami tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik, dan secara ketat mengontrol ekspor pesawat nirawak militer dan penggunaan ganda sesuai dengan hukum dan peraturan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian.

Di tengah tuduhan Barat memasok Rusia dengan barang-barang yang dapat digunakan untuk produksi senjata, China memberlakukan larangan pada bulan Juli atas ekspor semua pesawat nirawak sipil yang berpotensi digunakan untuk keperluan militer.

“Saya ingin menegaskan kembali bahwa terkait krisis Ukraina, China menegakkan posisi yang objektif dan adil serta secara aktif mempromosikan perundingan damai, yang sangat kontras dengan negara-negara tertentu yang menerapkan standar ganda dan terus menambah bahan bakar ke dalam api krisis Ukraina,” imbuh Lin Jian.

Bulan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada dua perusahaan China yang memproduksi mesin dan suku cadang pesawat nirawak, dengan klaim bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mengirimkan produk mereka ke Rusia, yang memungkinkan militernya menyerang Ukraina dengan kendaraan udara nirawak jarak jauh.

Pada bulan September, AS mengumumkan sanksi baru terhadap Iran sebagai tanggapan atas dugaan pasokan rudal balistik dan UAV oleh Teheran ke Moskow. AS juga menuduh Korea Utara memasok peluru artileri dan baru-baru ini mengirim pasukan untuk membantu Rusia.

Militer Ukraina hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan asing, sementara pemerintah Kyiv bergantung pada pendanaan internasional untuk menjaga agar lembaga tetap beroperasi dan karyawan tetap terbayar.

Sejak Februari 2022, AS telah mengalokasikan USD182,99 miliar untuk Ukraina, menurut data Pentagon, yang mana USD86,7 miliar telah dicairkan. Negara-negara Eropa, termasuk Inggris, telah menyumbang sekitar USD127 miliar ke Ukraina selama periode yang sama, menurut data dari Institut Kiel Jerman untuk Ekonomi Dunia.