Alasan Israel Terobsesi dengan Dataran Tinggi Golan

Alasan Israel Terobsesi dengan Dataran Tinggi Golan

Dataran Tinggi Golan telah menjadi saksi bisu dari konflik Arab-Israel yang berlangsung dari masa lampau hingga saat ini. Setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah baru-baru ini, Tel Aviv kembali meningkatkan upayanya untuk menguasai wilayah tersebut secara menyeluruh. Dataran Tinggi Golan sebenarnya merupakan bagian dari Suriah, setidaknya hingga tahun 1967. Pada saat itu, Israel keluar sebagai pemenang dalam Perang Enam Hari dan merebut sebagian besar wilayah di sana, kemudian mencaploknya secara sepihak pada tahun 1981. Namun, tindakan pencaplokan tersebut tidak diakui oleh sebagian besar negara di seluruh dunia. Suriah yang masih menguasai sebagian dari Golan terus menuntut agar Israel menarik diri dari wilayah tersebut.

Tentu saja, pertanyaan yang muncul adalah mengapa Israel sangat menginginkan Dataran Tinggi Golan? Salah satu alasan utama adalah faktor keamanan. Dataran tinggi yang subur dan strategis ini menghadap langsung ke wilayah Galilea Israel dan Lebanon, serta berbatasan dengan Yordania. Israel selalu menekankan pentingnya menjaga Dataran Tinggi Golan karena ketidakstabilan negara tetangganya, termasuk Suriah. Pemerintah Israel juga khawatir bahwa Iran, sekutu rezim Assad, mungkin berusaha memperkuat kehadirannya di sisi perbatasan Suriah melalui Golan, sehingga dapat melancarkan serangan terhadap Israel kapan saja.

Selain faktor keamanan, konflik atas Golan juga dipicu oleh sumber daya alam yang melimpah. Dataran Tinggi Golan diperkirakan memiliki sekitar sepertiga pasokan air tawar Israel, yang mengalir ke Laut Galilea dan Sungai Yordan. Oleh karena itu, keberadaan wilayah ini juga sangat vital bagi masa depan negara Yahudi tersebut.

Dari segi lokasi, Dataran Tinggi Golan terletak di barat daya Suriah, sekitar 60 kilometer dari Damaskus. Wilayah ini sangat strategis karena dari sana, orang dapat menikmati pemandangan indah yang membentang hingga Danau Galilea di sebelah utara Israel, serta Lebanon dan Suriah. Meskipun awalnya berada di wilayah Suriah, Golan jatuh ke tangan Israel setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Aneksasi ilegal atas wilayah tersebut dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Menachem Begin pada 14 Desember 1981.

Dengan segala kompleksitas konflik dan kepentingan yang terlibat, Dataran Tinggi Golan tetap menjadi pusat perhatian di Timur Tengah. Keberadaannya tidak hanya berdampak pada keamanan regional, tetapi juga mempengaruhi sumber daya alam yang sangat berharga bagi Israel. Sebuah penyelesaian damai yang adil dan berkelanjutan tampaknya menjadi satu-satunya jalan keluar untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini.