Korea Utara Meluncurkan 10 Rudal Balistik Jarak Pendek ke Perairan Timur

Korea Utara Meluncurkan 10 Rudal Balistik Jarak Pendek ke Perairan Timur

Korea Utara menembakkan setidaknya 10 rudal balistik jarak pendek ke perairan lepas pantai timurnya, demikian diumumkan oleh pihak berwenang Korea Selatan. Aksi tersebut terjadi beberapa hari setelah upaya mereka untuk meluncurkan satelit mata-mata ke orbit berakhir dengan kegagalan yang menyolok.

Para pejabat Korea Selatan mengklaim bahwa rudal-rudal tersebut ditembakkan dari daerah Sunan di Pyongyang dan berhasil menempuh jarak sekitar 350 kilometer sebelum jatuh ke Laut Jepang. Serangan ini memunculkan keprihatinan di seluruh wilayah, dengan Tokyo mengecam keras tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, menyatakan protes keras terhadap peluncuran tersebut dan menegaskan komitmen untuk bekerja sama dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam menganalisis situasi yang semakin tegang. Meskipun Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan bahwa tidak ada rudal yang mendarat di zona ekonomi eksklusif mereka, reaksi internasional tetap tajam.

Komando Indo-Pasifik militer AS juga mengecam aksi Korea Utara tersebut, menyerukan kepada rezim tersebut untuk menahan diri dari tindakan yang dapat mengganggu stabilitas regional. Analisis menyebutkan bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari strategi yang terus-menerus dikembangkan oleh Pyongyang dalam menguji kemampuan senjata mereka.

Decker Eveleth, seorang analis yang mengkhususkan diri dalam masalah Korea Utara, mengatakan bahwa latihan semacam ini kemungkinan akan menjadi hal yang biasa bagi rezim tersebut. Ini juga terjadi setelah kegagalan Korea Utara dalam meluncurkan satelit mata-mata ke orbit, yang menyebabkan kritik tajam terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Selain serangan rudal, Korea Utara juga meningkatkan tindakan-tindakan provokatifnya terhadap Korea Selatan. Mereka mengirimkan sekitar 260 balon yang membawa sampah dan kotoran melintasi perbatasan, yang dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata Perang Korea. Militer Korea Selatan telah memperingatkan Korea Utara untuk menghentikan tindakan tersebut yang dapat memperburuk ketegangan di kawasan.

Reaksi dari Korea Utara terhadap teguran ini tidak terlalu meredakan ketegangan. Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un yang berpengaruh, mengakui bahwa Pyongyang berada di balik pengiriman balon-balon berisi sampah tersebut. Dia menegaskan bahwa tindakan tersebut akan terus dilakukan sebagai tanggapan terhadap “provokasi” dari Korea Selatan.

Dengan ketegangan yang semakin meningkat di Semenanjung Korea, dunia internasional menantikan perkembangan selanjutnya dalam krisis ini. Pada saat yang sama, upaya diplomatik terus dilakukan untuk mencari solusi yang dapat mengurangi ketegangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.