Waduh! Presiden Macron Ogah Terima Pengunduran Diri PM Attal Pasca Kekalahan Pemilu, Kenapa Ya?

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengambil langkah yang mengejutkan dengan menolak pengunduran diri Perdana Menteri Gabriel Attal setelah hasil pemilu dini legislatif menunjukkan ketidakmungkinan bagi partai terbesar untuk membentuk pemerintahan sendiri. Ketika Attal datang ke Istana Kepresidenan Elysee untuk mengajukan pengunduran dirinya, Macron malah meminta Attal untuk tetap bertahan sebagai kepala pemerintahan “untuk saat ini”, menurut sumber dari Elysee yang dilansir oleh stasiun penyiaran BFMTV.

Macron tidak hanya berterima kasih atas kontribusi Attal dalam kampanye pemilu sebelumnya, tetapi juga meminta Attal untuk tetap bertugas demi “memastikan stabilitas negara”. Attal sebelumnya telah menyatakan niatnya untuk mengundurkan diri setelah koalisinya kalah dalam putaran kedua pemilu legislatif. Namun, Macron merasa bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengubah kepala pemerintahan.

Meski Attal mengalami kekecewaan karena fraksi politiknya tidak mampu meraih suara mayoritas dalam pemilu, ia merasa lega bahwa tidak ada partai ekstrem yang berhasil meraih kemenangan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa partai ekstrem kanan, Rassemblement National, dan koalisi sayap kiri, Front Populer Baru, berhasil memperoleh kursi mayoritas di Majelis Nasional.

Hasil pemilu menunjukkan bahwa NFP menjadi koalisi terbesar di parlemen dengan 180 kursi, sedangkan aliansi pro-Macron, Ensemble, berada di posisi kedua dengan 159 kursi. Meskipun survei sebelum pemilu menunjukkan bahwa RN kemungkinan besar akan menjadi partai terbesar di parlemen, kenyataannya RN hanya menduduki posisi ketiga dengan 142 suara.

Karena tiga koalisi utama tersebut tidak mampu membentuk pemerintahan sendiri di Majelis Nasional, Presiden Macron pun menyatakan pembubaran parlemen. Hal ini dipicu oleh kemenangan RN dengan lebih dari 31 persen suara dalam pemilu Parlemen Eropa Juni lalu, di mana mereka berhasil mengalahkan koalisi sayap tengah yang didukung oleh Macron.

Dalam putaran pertama pemilu legislatif dadakan, sebanyak 76 caleg langsung terpilih tanpa perlu melalui putaran kedua. RN berhasil meraih 29,26 persen suara dengan 37 caleg terpilih, sementara NFP menduduki posisi kedua dengan 28,06 persen suara dan 32 caleg terpilih. Sementara itu, koalisi Ensemble hanya memperoleh 20,04 persen suara dengan dua caleg terpilih.

Dengan berbagai dinamika politik yang terjadi, keputusan Macron untuk menolak pengunduran diri Attal menunjukkan bahwa stabilitas negara menjadi prioritas utama. Demi menjaga kestabilan dan kelangsungan pemerintahannya, Macron meminta Attal untuk tetap berada di posisinya saat ini. Semoga keputusan tersebut dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi negara Prancis.